Kamis, 11 Juni 2009

Luffi Stop Okay ?

Setting cerita ini adalah pada saat Luffy, Zorro, Usopp, Tony Chopper, Sanji, Vivi dan Nami, sedang melanjutkan perjalanan menuju Arabasta. Pada suatu hari saat dalam perjalanan, Usopp mengatakan bahwa ia telah menemukan sebuah pulau yang penuh dengan kota, lalu Nami mengatakan bahwa itu adalah Woman Island, keterangannya tidak lengkap, kotanya lumayan besar, penduduknya semuanya adalah wanita, dan Nami mengatakan bahwa mereka tidak akan menemukan hal yang menarik disana, tetapi karena Sanji kekurangan bahan makanan ia merekomendasikan kepada Luffy agar mampir terlebih dahulu. (percakapan tokoh tokoh di cerita saya memakai sistem naskah drama).

Sanji: "Hey Luffy, kita kekurangan makanan apa sebaiknya kita mampir terlebih dahulu?"
Luffy: "Tidak masalah he he, aku juga mau bertualang. Nanti beli daging yang banyak ya Sanji, he he"
Zorro: "Dasar bodoh, kau mau bertualang kemana? Seluruh pulau itu dipadati kota".
Luffy: "Tidak masalah, yang penting bertualang!"
Zorro: "Memangnya kau mengerti apa yang kubicarakan?"
Chopper: "Sudahlah Zorro, aku juga mau beli obat obatan disana."

Chopper lalu mendekati Nami.

Chopper: "Nami, bisa minta 50.000 berry? Aku mau beli peralatan dokter sekaligus obatnya"
Nami: "Tentu saja boleh, tapi bunganya 3x lipat"
Chopper: "Apaa? Mentang mentang aku rusa, Bukankah ini untuk kita bersama?"
Nami: "Tugas dokter bukan urusanku, mau atau tidak?"

Setelah dengan berat hati chopper pun menerimanya.

Sanji: "Apa kau keberatan Vivi sayaang?" ^_^
Vivi: "Kalau Cuma sekedar membeli perbekalan sih tidak apa apa kok Sanji, lagipula kata Nami arabasta jaraknya tak begitu jauh lagi."
Sanji: "Oke Vivii ^_^!"

Merekapun merapat, tetapi disana tidak ada orang sama sekali. Sanji pergi ke toko bahan makanan, Usopp pergi bersama chopper ke toko peralatan. Nami tinggal dikapal, Luffy menemaninya untuk jaga jaga agar Nami aman dari musuh, Vivi pergi bersama Karuu dan Zorro berjalan jalan mengelilingi pulau tetapi mereka berpisah di tengah jalan karena Zorro tiba tiba mengantuk. Lalu tidur siang.

Karuu: "Kwek?" (sambil menujuk Zorro dengan sayapnya)
Vivi: "Biarkan saja Mr Bushido tidur (panggilan Vivi terhadap Zorro), lebih baik kita mencari seseorang dipulau ini."

Sementara itu dikapal, Luffy yang sedang bengong mulai menggerutu.

Luffy: "Huh.. Kenapa aku yang harus menemanimu?"
Nami: "Kenapa? Kau keberatan bersamaku?
Luffy: "Aku kan juga mau lihat lihat isi pulau itu."
Nami: "Kita harus waspada, siapa tahu disini banyak angkatan laut yang menunggu untuk menyergap kita."
Luffy: "Ah gampang, aku kan bisa menghajar mereka semua?"
Nami: "Kau benar benar susah diatur, anggap saja kau temani aku sebagai ganti kau merusakkan jaket dinginku dulu di drum island"
Luffy: "Waah (hu-uh).. Kau curang"
Nami: "Terserah apa katamu" Luffy pun duduk menunggu sambil cemberut.

Di bukit. Zorro yang sedang tertidur diangkat seseorang dan dibawa entah kemana. Dia tidak menyadarinya karena ia tidur pulas sekali. Di toko peralatan sebuah kerangkeng besi jatuh dan mengurung Chooper. Ia sangat terkejut sekali, Lalu sebuah boneka setan-setanan jatuh dari atap dan membuat Usopp jatuh pingsan dengan mulut berbuih. Mereka lalu dibawa seseorang di toko makanan, sekumpulan wanita mengepung Sanji dan menangkapnya, Sanji tidak bisa melawan wanita karena ia adalah orang yang sangat menghargai wanita, saat diseret ia malah kegirangan sambil berkata yang bukan bukan.

Vivi dan Karuu aman aman saja. Di kapal ada seorang ninja wanita memasuki dek diam diam lalu membuka sebuah botol aneh yang menyebarkan bau wangi. Saat Luffy menciumnya badannya terasa panas dan merasa ada perubahan yang aneh pada barang pribadinya, saat melihatnya ia pun panik.

Luffy: "Whuaa.. Namii!"

Luffy berlari ke arah Nami yang sedang duduk di dekat pohon jeruknya sambil minum teh dengan santai.

Nami: "Kenapa ribut ribut?"

Luffy membuka celananya lalu menarik penisnya hingga panjang sekali (dia kan manusia karet jadi wajar dong) lalu ditunjukkannya ke Nami.

Luffy: "Kenapa barangku menjadi keras begini Nami?"

Wajah Nami memerah saat Luffy menunjukkan penisnya.

Nami: "Singkir kan itu dari pandangan ku!"
Luffy: "Iya iya kok marah sih? Tapi apa kau tahu aku ini kenapa?"

Kata Luffy sambil menarik lagi celananya sambil merasa cemas.

Nami: "Masa begitu saja kau tak tahu? Kau kan sudah dewasa, itu tandanya kau terangsang Luffy."
Luffy: "Emangnya apa yang membuatku terangsang begini Nami?"
Nami: "Yah.. Macam macam bisa pikiran jorok atau jangan jangan kau melihat perempuan tanpa busana didekat sini ya? Dasar jahil"

Ninja wanita yang memberikan obat tersebut keheranan melihat Luffy masih bisa mengendalikan diri walau sudah terangsang, iapun menambah dosisnya. Tapi tanpa sengaja aroma obat itu juga mengenai Nami, muka Nami pun perlahan-lahan memerah.

Nami: "Haah.. Kenapa tiba tiba udara panas ya?"
Luffy: "Ah masa? Biasa saja kok! Jangan jangan sakit yang kemarin kambuh lagi? (bagi yang setia menonton anime one piece pasti tahu Nami dulu sakit apa), aku antar ya kekamar ya Nami."

Luffy lalu mengangkat Nami, Nami sedikit terkejut, jantungnya berdebar debar, dalam hatinya ia berpikir mengapa ia merasa begitu, tapi Luffy sama sekali tak bermaksud apa apa, dia hanya mau menolong Nami. Tanpa sengaja Luffy memegang pantat Nami yang membuat rangsangannya semakin menjadi jadi, vagina Nami sedikit demi sedikit mengalirkan cairan dari liang kewanitaannya, celana dalam Namipun menjadi lembab.

Nami: "Uhh ah.." Desahnya pelan.
Luffy: "Kenapa Nami?"
Nami: ".. Eng.. Tidak apa apa.."

Mereka akhirnya sampai ke kamar Nami, Luffy lalu menidurkan Nami, Nami terlihat menderita, dia memegang selangkangannya terus sambil merem melek menghembuskan nafas hangat, Luffypun heran.

Luffy: "Istirahat ya Nami, aku keluar dulu mencari rusa kutub (chopper), biar ia mengobatimu"

Saat Luffy mau beranjak keluar tiba tiba Nami bangkit dari kasur dan berlari menghalangi pintu.

Luffy: "Lho kok cepat sekali sembuhnya Nami?"

Luffy sedikit bingung wajah Nami yang merah dan menyipit itu terlihat haus akan sesuatu, dia lalu mendekati Luffy secara perlahan. Luffy yang melihatnya, berulang kali merasa heran. Nami lalu mencengkram kedua tangan Luffy menariknya dan merebahkannya ke ranjang.

Luffy: "Waa Nami, kau kenapa?"

Tanpa memberi aba aba Nami lalu mencium bibirnya Luffy secara bernafsu sekali dan membuat bibir manusia karet itu sedikit tertarik tarik, Luffy terkejut tapi ia membiarkan Nami bergerak bebas diatas tubuhnya. Setelah itu Nami membuka kancing baju Luffy dan celana pendeknya, dia mengambil topi jerami dari kepala Luffy lalu dilemparkan ke atas meja, Nami meraih penis Luffy dan mulai mengulumnya.

Luffy: "Ah ha ha ah haa haa! Nami geli nih ah ahaa ha ha! Aduh duh"

Luffy tertawa tawa kegelian akibat kuluman Nami yang mengilukan. Nami lalu mengocoknya hingga penis Luffy memanjang memendek seperti karet yang ditarik tarik tetapi Luffy menikmatinya sambil tertawa tawa, Nami membuka baju atasan nya dan celana roknya juga baju dalam nya. Dan akhirnya Namipun bugil dihadapan Luffy, mata Luffy mendongak melihat keadaan itu. Payudara Nami yang besar itu membuat rangsangan di penis Luffy semakin menjadi jadi.

Nami: "Peluk aku Luffy.."

Pinta Nami memelas. Luffy akhirnya memeluknya lalu Nami membalikkan badannya higga Nami berada dibawah sekarang, payudara Nami yang bergoyang goyang itupun diraih Luffy dan diremasnya, remasan Luffy membuat Nami menggigit jari kenikmatan, lalu Luffypun mengulum pentil dada Nami yang merah muda itu, Nami merintih dengan lembut, Nami mengambil penisnya Luffy lalu diarahkan ke arah vaginanya yang berbulu tipis itu, Luffy sedikit terkejut.

Nami: "Uhh teruskan Luffy jangan ditahan ahh."
Luffy: "Nami, dimasukin nih? Memangnya enggak apa apa?"

Luffy berkata begitu karena melihat Nami memejamkan mata sambil mengerutkan dahi serta mengeratkan gigi, Nami terlihat sakit dimata Luffy yang polos itu.

Nami: "Tidak, aku tidak apa apa.. Ahh.. Tekan Luffy, tekan.. Ah.."

Luffy pun menurut dia mengangkat kedua paha Nami sehingga kedua paha Nami berada dipundaknya sekarang, sambil menahan paha Nami, Luffy lalu menekan penis nya di vagina Nami, awalnya hanya kepala penisnya saja yang masuk tapi sedikit demi sedikit pun penis Luffy akhirnya masuk seluruhnya.

Luffy: "Eghh.. Hangat.. Nami"

Nami membuka mulutnya dan menghembus kan nafas seperti tersengal sengal.

Nami: "Hah.. Hah.. Hah.. Ah luf.. Fy hah.. Hah.."

Luffy pun menggenjotnya dengan penuh semangat, Nami mengelepar gelepar seperti ikan yang jatuh didarat, badan atas nya berkali kali berputar kekanan kiri, Nami menjerit keras dan akhirnya mengalami orgasme, cairan hangat mengalir di antara vaginanya, sedikit darah mencampuri cairan itu akibat selaput dara Nami yang robek. Sekitar 20 menit permainan itu berlangsung, Nami meminta Luffy terlentang dan ia memasukkan penis Luffy kembali ke dalam vaginanya, sekarang Nami yang menguasai permainan.

Sementara mereka asyik bermain, Zorro yang sedang terikat dengan tambang merasa dirinya terancam melihat sekumpulan prajurit wanita berusaha menelanjanginya ia lalu melepas sepatunya dan meraih pedangnya dengan kakinya, dan dengan pedang dikakinya Zorro membabat habis mereka. Setelah memotong tambang yang mengikat dirinya Zorro pun pergi dari situ. Sementara itu Usopp sedang diikat ditiang dan 3 orang wanita cantik sedang berebut membuka celananya bermaksud menelanjanginya tetapi Usopp berpikir lain.

Usopp: "Waa! Kalian mau apa? Waa! Dagingku tidak enak! Menyingkir sanaa! Rusa kecil yang disana lebih enak, dia masih muda!"

Chopper: "Apaa? Ti, tidak!, dagingku tercemar kutu urat, aku tidak enak dimakan, lagipula hidungku biru. Makan saja dia!"

Wanita 1: "Berisik! Aku tidak ada urusan denganmu rusa kecil, memangnya siapa yang mau memakan kalian? Tapii, mungkin teman kami yang satu ini mau."

Wanita 3: "(slrpp) Rusa kecil yang bisa bicara, tampaknya lezat! sini maniss.."

Chopper lalu menjerit jerit karena prajurit wanita yang bertubuh gemuk berusaha memasaknya dikuali yang mendidih. Chopper yang ketakutan pun berubah menjadi wujud manusianya dan menghancurkan kerangkeng lalu menghajar semua wanita dan menyelamatkan Usopp.

Mereka pun pergi dari situ sementara itu Sanji sibuk melayani 6 wanita. Sanji kelihatan sangat senang sekali.

Sanji: "Kalian sungguh mempesona dan menggairahkan ha ha ha, apa tidak sebaiknya aku memanggil teman temanku kesini? gadis gadis?"
Wanita: "Kau tinggal saja disini sayang, temanmu yang dikapal itu sedang diincar pembunuh kami, tinggal saja bersama kami, kau akan mendapat kepuasan setiap dan sepanjang hari"

Sanji yang terkejut mendengar perkataan itu segera mencabut penisnya dari wanita keempat dan membuat mereka semua pingsan dengan memukul leher mereka secara perlahan.

Sanji: "Sial! mudah-mudahan Nami tidak apa apa, jangan-jangan Luffy bodoh itu meninggalkannya sendirian.

Sanji pun segera menuju kekapal setelah memakai busananya.

Mello x Mett

Mello menatap Matt yang masih sibuk dengan PSP di tangannya. Pemuda berambut pirang itu mendengus kesal. Sampai kapan makhkluk ber-goggle di sampingnya ini akan memusatkan perhatiannya pada benda berwarna hitam itu. Sedangkan Mello harus puas dengan TV layar datar di hadapannya itu. Coklat telah habis. Apa yang mampu mengusir kebosanannya saat ini?? Hanya suara game sound dari PSP Matt yang mengisi keheningan di ruang tamu itu. Sesekali Matt mendecak dan mengumpat kesal jika ia mengalami kekalahan.

Tiba-tiba sebuah ide gila mampir di otak Mello. Ia melirik Matt yang masih tertunduk pada PSP nya. Sebuah ide untuk mengusir kebosanan ini. Mungkin akan sangat menarik.

Tanpa berkata apa-apa, Mello menyambar PSP yang berada di tangan Matt. Dia membuang meletakkan benda elektronik itu di meja di sampingnya.

“Mau apa kau? Aku belum selesai, Mello,” kata Matt menahan kesal sambil berdiri, hendak menuju meja untuk mengambil PSP nya. Namun niatnya urung saat Mello meraih tubuh kecilnya dan menariknya kepelukan Mello yang masih duduk bersandar di sofa.

“A…apa?” gumam Matt dengan wajah sedikit merona saat jarak wajahnya dengan wajah Mello tinggal beberapa senti saja.

Sedangkan yang ditanya malah menyeringai. Entah karena puas atau apa. Mello malah semakin menarik Matt ke arahnya. Matt yang kehilangan keseimbangannya karena tenaga Mello yang jauh lebih kuat darinya, hanya mampu mengikuti gerakan Mello. Pemuda penggemar game itu jatuh menimpa tubuh Mello di sofa.

“Let’s kill some boredom,” ucap Mello pelan.

Tanpa menghiraukan sorot mata aneh dari lelaki di depannya itu, Mello segera menarik kepala Matt mendekati kepalanya. Mello menuju bibir Matt yang tipis itu. Dijilatinya dengan lidah bibir dari lelaki yang kini nampak sangat terkejut itu. Namun sejurus kemudian, Matt ikut hanyut dalam kehangatan yang di tawarkan Mello. Ia memejamkan mata, ingin benar-benar merasakan setiap jilatan lidah Mello di bibirnya.

Saat Matt membuka mulutnya, sedetik kemudian Mello memasukkan lidahnya ke rongga mulut Matt. Di telusurinya bagian dalam mulut Matt dengan penuh gairah. Sedangkan Matt sendiri juga membalas ciuman Mello tak kalah hangatnya. Ia bahkan mampu merasakan manisnya coklat Cad Burry melalui saliva Mello yang di telannya.

“Rasanya, tak enak sekali jika aku berada di bawah,” gumam Mello disela-sela ciumannya.

Matt tak merespon. Pemuda itu malah menurunkan bibirnya dari bibir Mello menuju leher Mello. Dikecupnya leher putih itu hingga meninggalkan bekas kemerahan disana. Saat Matt menjilat kulit belakang telinganya, Mello mendesah pelan.

“Nnn…M…Matt,” desah lelaki itu sambil menyebut nama Matt.

Dan justru erangan Mello itulah yang membuat gairah Matt semakin terbakar. Ia semakin didorong oleh nafsu yang semakin membuncah. Dari telinga, Matt kembali menuju bibir Mello. Kali ini, Matt mencium bibir itu dengan ganas, kasar. Penuh dengan tuntutan. Sedangkan tangan kanan Matt membelai luka bakar di wajah Mello, dan tangan kirinya sibuk membuka resleting atasan Mello.

“Nnnhhh…,” Mello kembali mendesah saat kepala Matt turun dan beralih ke dadanya. Keringat keduanya telah bermunculan di tubuh mereka. Detak jantung mereka kian cepat mengiringi hembusan nafas mereka.

Jika Mello hanya mampu memejamkan mata untuk menikmati sensasi ini sambil mencengkeram rambut Matt, maka Matt kini tengah mengulum sebelah puting susu Mello dengan lembut. Sesekali menggigit bagian dada yang telah mengeras itu. Tangan kanan Matt menyangga tubuhnya agar tidak menimpa Mello dan tangan kirinya kini menyelinap masuk ke dalam celana Mello.

“Eeerrr…..,” Mello kembali mengerang saat merasakan tangan Matt telah mencapai organ vitalnya. Dan erangannya semakin mengeras saat tangan Matt memain-mainkan organ itu. Memijatnya lembut, terkadang juga mengelusnya.

“I can’t hold it, Mello,” desah Matt dengan nafas terengah-engah.

Ia menanggalkan celana yang sedang di pakainya. Kini bagian bawah tubuh Matt terlihat polos tanpa satu benang pun yang menutupinya. Dan tak menunggu Mello untuk menarik nafas, Matt dengan kasar melepas celana Mello dan membuangnya di sofa sebelah mereka.

“I will make you comfort, Mello. Just relax,” ujar Matt pada Mello yang terbaring pasrah sambil memejamkan mata. Mencoba mengatur nafasnya yang masih memburu. Dan mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih juga cepat.

Dan belum sempat Mello membuka mata, ia kembali mendesah saat ia rasakan Matt memasukkan alat vital Mello kedalam mulutnya. Mello kembali mengerang. Apalagi setelah itu Matt memaju mundurkan kepalanya, mengikuti irama helaan nafas mereka. Sedangkan Mello hanya mampu mencengkeram kepala Matt untuk menahan gejolak didadanya.

Matt segera menelan cairan ejakulasi yang keluar dari organ vital Mello yang di ulumnya.

“Payah. Belum apa-apa sudah klimaks kau, Mello,” ucap Matt. “Tapi rasanya enak,” Matt tersenyum nakal.

“Shut up!” ucap Mello dengan nafas kepayahan.

“Kau yang minta, aku hanya memberi, Mello,” Matt tersenyum garang. Mello menelan ludah.

“No….”

Belum sempat Mello menyelesaikan ucapannya, ia malah meringis kesakitan saat merasakan satu jari Matt masuk ke ‘lubang’ nya.

“No way. Cu…cukup, Matt,” erang Mello sambil masih meringis menahan sakit.

“Never,” Matt malah memasukkan satu lagi jarinya. Membuat erangan Mello semakin keras.

“I’ll kill you, Matt,” ucap Mello geram.

“Let’s see,” Matt segera memasukkan jari ketiganya ke ‘lubang’ Mello.

“Aw…shit! Shit!” Mello hanya bisa mengumpat.

Dan Mello kembali bernafas legah saat Matt mengeluarkan ketiga jarinya. Namun rasa legah itu kembali menjadi kejutan bagi Mello saat Matt mengganti jarinya dengan organ vitalnya sendiri. Organ vital Matt yang notabene sedikit lebih besar dari organ vital Mello, kini masuk ke dalam ‘lubang’ Mello tadi. Dan Matt segera membungkam mulut Mello dengan ciuman lembut di bibirnya.

“Mmmm…mm..,” Mello menggumam tak jelas saat bibir Matt melumat bibirnya. Rasa sakit Mello tadi entah hilang kemana. Tergantikan oleh rasa nikmat yang amat besar yang tengah di berikan Matt saat ini.

Sementara mereka masih berciuman, Matt memaju mundurkan pinggulnya mengiringi detak jantung mereka. Gerakannya semakin cepat saat ia merasa telah agak kepayahan.

“Faster, Dummy!” erang Mello disela-sela ciuman mereka. Dan tuntutan Mello itu membuat Matt terdorong ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat dan sempurna.

“Mello…ak…aku...,” Matt semakin mempercepat gerakan maju mundur pinggulnya.

“Mello!”

Satu sebutan nama Mello itu keluar dari mulut Matt bersamaan dengan masuknya cairan putih hangat kedalam tubuh Mello dari organ vital Matt.

Helaan nafas panjang keluar dari hidung dan mulut mereka. Matt pun menarik kembali alat vitalnya dari ‘lubang’ Mello. Ia duduk kepayahan di dekat kaki Mello. Matt menyadarkan kepalanya ke sandaran sofa sedangkan Mello masih berbaring lemas dengan dada narik turun.

“Kau sudah tak bosan?” gumam Matt sambil melirik Mello yang terbaring di sampingnya.

“Yeah,” jawab Mello. “Ku rasa lain kali aku yang akan ada diatas.”

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Di tempat lain dari Matt dan Mello…

Near dan L menatap layar monitor lebar didepan mereka saat ini dengan darah masih mengucur di hidung mereka. Sekalipun satu daun sirih telah berada di sebelah lubang hidung mereka, tapi adegan yang tampil di layar monitor nampaknya telah mampu merangsang darah mereka terus mengucur.

“Huh? Apa mereka tak tahu bahwa apartement mereka kita pasang kamera pengintai?” tanya Near masih sibuk menyumpal hidungnya dengan daun sirih.

L tak menjawab. Ia menoleh ke arah Near dan tersenyum aneh. Near yang melihat senyum L, menelan ludah dengan sulitnya.

“Mau mencobanya dengan saya, Near?” tanya L dengan wajah yang entah sejak kapan, telah berubah mesum.

Minggu, 07 Juni 2009

What is Love 2nd slice

2nd slice: 1991

-YAOI ALERT!!!-

Satu jam lalu kita masih berada diatas panggung, mempersembahkan penampilan perdana, menunjukkan kelahiran sebuah band yang akan merubah dunia. Itu adalah performance yang sempurna, mereka puas, kau sangat puas. Aku yakin kau pasti bahagia. Kau melempar pic bass-mu, pero melempar stick drum-nya. Kita tersenyum lebar, tertawa satu sama lain. Sorakan dan teriakan penonton menambah semangat kita. Kita berada dijalur yang benar tetchan.

Tapi kini, kesunyian mengelilingi kita. Bukan di live house kecil itu, tapi di apartement hangat milikmu. Hanya aku dan kau tetchan, berdua.

Kau terlihat sangat cantik, dan aku tidak bisa memandang ke arah lain, mataku hanya tertuju pada wajah cantikmu, bagaimana mungkin aku melewatkan pemandangan indah ini tetchan? Senyum menghiasi wajah cantikmu, tersenyum dalam ketidaksabaranmu akan gairah, wajah yang sempurna.

Bibir kita bertemu. aku bisa merasakan kau bergetar di bawahku, tubuhmu bergetar meminta lebih dan lebih. Getaran tubuhmu membuatku semakin merasa panas tetchan, aku juga ingin lebih, aku ingin merasakanmu sepenuhnya… Ciuman lembutmu, ciuman penuh dahaga, kau mendesah penuh hasrat setiap kali lidah kita bertaut. Ini adalah sesuatu yang baru bagi kita berdua, tapi kau tampak sangat menginginkannya, begitu juga dengan aku, jadi aku tidak keberatan, kita tidak boleh berhenti.

Saat kita berciuman, merasakan sensasi memabukkan itu penuh gairah, dengan mata tertutup dan tubuh bergesekan satu sama lain, tanganku menemukan sesuatu, sebuah botol, aku tidak yakin apa itu, aku membukanya tidak sabar, mengeluarkan isinya, cairan yang lembut dan licin, aku tersenyum, mencumbu leher putihmu, memberikan tanda disana, cairan ini bisa kugunakan. Aku menelusuri jariku pada tubuhmu, menggerakannya perlahan penuh gairah saat mulai membuka jalan masuk ke dalam tubuhmu seraya membisikkan kata-kata lembut ditelingamu, kata-kata sayang penuh cinta, kau begitu berharga untukku tetchan. Aku mengulumnya sesekali, meminta ijin dari kau malaikatku. Aku tersenyum ketika kau mengangguk, maka aku memasukkan jariku kedalam, perlahan sambil mengamati wajahmu. Saat kau mendesah, wajahmu penuh dengan rasa terkejut dan juga kenikmatan. Oh, kau semakin cantik sekarang tetchan.

Aku menggerakan jariku keluar masuk, berkali-kali secara perlahan, insting yang menuntunku melakukan hal yang sama sekali belum pernah kulakukan, menekan jariku semakin kedalam untuk mempersiapkanmu menuju kenikmatan. aku menyukai reaksimu, ekspresimu, suara serak yang keluar dari bibir merahmu, keringat yang membuat wajahmu terlihat bercahaya. Kau sangat cantik, kau sempurna.

Saat menarik jariku, kau melenguh, ekspresimu bertanya. Tersenyum aku menciummu penuh hasrat, bertanya sekali lagi apa kau yakin, dan kau menganguk, tanganmu bergetar saat memegang bahuku, menariknya untuk memberi ciuman, ciuman yang lebih bergairah dibanding ciuman-ciuman kita sebelumnya. Saat kita berbagi ciuman itu, aku -yang tidak percaya Tuhan- berdoa agar aku tidak menyakitimu.. dan aku memasukkan diriku dalam dirimu, bersatu dengan tubuhmu. Aku menekan tubuhku perlahan, kau mengerang, mendesah saat aku semakin jauh masuk ke tubuhmu, kenikmatan tercipta, bukan hanya milikmu tapi milik kita berdua.

Aku berhenti, memberi ciuman-ciuman hangat di bibirmu, memberimu kesempatan untuk bernafas. Matamu tertutup, bintik-bintik keringat mulai membahasi tubuhmu, membuat kulitmu bersinar di tengah remangnya sinar. aku menunggu, dipenuhi hasrat ketidaksabaran, tapi aku akan tetap menunggu sampai kekasihku siap, lalu kau kemudian menggumamkan desahan serak meminta lebih, tersenyum aku menurut, mulai menggerakan tubuhku masuk dan keluar, seperti yang jariku lakukan sebelumnya, dan aku bergetar lebih hebat disetiap gerakan pinggulku, bergerak lebih cepat, diiringi desahan pelan dari bibirmu yang kini berada di mulutku.

Awalnya, gerakan kita lembut dan perlahan, diiringi ciuman lembut penuh hasrat, belaian hangat jemariku pada kulitmu, bibirmu, lehermu, dadamu, perutmu. Manis dan lembut. Tapi kemanisan dan kelembutan itu dengan cepat berubah menjadi nafsu, hasrat, dahaga untuk meminta lebih, ciuman penuh gairah, erangan keras dari bibirmu, desahan penuh kenikmatan dari bibir basahku, membuat gerakanku semakin cepat, sekeras yang aku bisa, berteriak penuh hasrat saat mencapai titik sensitifmu.

Dan kau menemukan kenikmatanmu, mengerang, berteriak, berdesah, meremas bahuku dengan kuatnya. Dan pada saat yang bersamaan aku juga mendapatkan sensasi itu, aku mengerang pelan, menyebut namamu, mencium lembut bibirmu. Kenikmatan itu terasa sempurna bagi kita berdua, semanis cinta kita. Kau memelukku erat, berbisik pelan “doiha.. aishiteru”

Aku menarik tubuhku, terkulai lemas disampingmu, bernafas berat, dengan tubuh masih bergetar, kau membelai rambutku, lalu memelukku hangat penuh kasih sayang, tanganmu melingkar dipinggangku seolah tidak ingin melepaskannya. Aku memandangmu, matamu tertutup tapi wajahmu dihiasi rasa puas, tersenyum lembut penuh kebahagiaan, aku belum pernah melihat wajahmu sebahagia itu.

Tapi aku yakin, ekspresi yang sama juga menghiasi wajahku.

Aku mengecup keningmu, mempererat pelukanku dan berbisik lembut “aku juga mencintaimu tetchan.. sangat mencintaimu..”

YuMeMiru HeNtAi -TaChi Part I

Pagi ini Miyavi merasa bosan sekali.Dia mondar-mandir seperti orang linglung.Dia menggenggam handphone-nya sambil berpikir dia akan melakukan apa dan sama siapa??

Tiba-tiba ada bisikan bersuarakan Emiru.

‘Knapa kamu gak telpon aku aja??’

Miyavi mengkerungkan keningnya dan clingak-clinguk mencari asal suara itu.dia berpikir benar juga lalu dia mencoba menelponnya tapi

????

Koq gak ada suaranya??

Dia menutup telponnya itu dan mulai berpikir lagi.Miyavi mulai bosan sendirian terus…dia gak betah sama kesepian didalam kamarnya itu.

Oh!mungkin dia harus ke tempat dimana ‘ade-ade’ –nya suka nongkrong.Miyavi’pun pergi membawa mobilnya ke tempat itu.

Dan memang benar disana ada banyak orang!! Aoi ,Hiroto ,Saga ,Shou ,Miku ,Takuya ,Taara ,Rame ,Jui ,dll.

Wajah Miyavi yang tadinya cemberut berubah menjadi hepi.Dia mendatangi mereka dan mencium pipi mereka masing-masing sambil berbasa-basi.Tapi yang terakhir

Cup*

Dia mencium pipi Rame yang lagi asyik memilih-milih permen dalam tas kecil-nya.Tiba-tiba…….

*BUK!

Rame ngambek dan menggeprak Miyavi dengan tasnya itu.Miyavi meringis kesakitan

‘AUuuCH!’

‘UUUuuuuHH!!!Awas!’

Bentak Rame sambil mendorong tubuh Miyavi.Miyavi mengelus lengannya yang dipukul rame sambil kebingungan.Jui yang melihat itu hanya tertawa.

‘eh..Jui…kamu tau kenapa Rame selalu seperti itu sama aku??’

‘Hah?.....mm?knapa yach dia emang kadang suka aneh sendiri sich…Aku juga gak ngerti….’

Jawab Jui polos.

Tiba-tiba Emiru datang menghampiri Miyavi.Emiru malu-malu memberikan sebuah surat pada Miyavi.Surat itu sangat harum sekali seperti baru direndem sama perfume-nya Emiru.

Miyavi memiringkan kepalanya dan bertanya manja pada Emiru.

‘ Mmm~~~Buat siapa ini?’

Emiru menunduk dan dengan malu-malu dia menunjuk Jui yang sedang ngobrol sama Aoi.Lalu Miyavi mengangguk-anggukan kepalanya.

‘Ooooh~oh~oh~~~ ini buatJui?’

Emiru mengangguk,dia memegang tangan Miyavi dan sedikit mencium pipi-nya sebelum pergi.Miyavi tersenyum dan kenangan buruk bersama Rame tadi langsung hilang karena kali ini bukan dia yang menebar kasih sayang tapi Emiru yang duluan mengecupnya.Dalam hatinya dia berkata

‘Manis sekali..’

Miyavi mencari tempat yang aman untuk menyerahkan surat itu.Dia mengajak Jui masuk ke dalam mobilnya dan memberikan surat itu.

Surat?’

‘Mm! Dari Emiru….’

Emiru menulis dalam suratnya kalau dia menyukai Jui dan ingin merebutnya dari genggaman istrinya dan juga Rame apa’pun caranya bahkan dia akan membunuh istrinya dan juga Rame kalau dia tidak mau menyerahkan jui ke dalam tangannya.

Mendengar hal itu Jui dan Miyavi jadi ngeri.Dalam otak Miyavi dia mengatakan

‘’HIH! apa bedanya dia sama Rame?? Kalo hal ini tidak berhasil mungkin aku yang akan dibunuhnya…Gawat…’

‘Apa yang harus aku lakukan sekarang?’

Tanya Jui bingung.

‘Dicoba aja dulu~~gak ada salahnya ‘kan??Bukannya kamu pernah berhubungan dengan si Rametan itu?Asyik juga’kan berhubungan dengan sesama laki-laki??’

Hibur Miyavi sambil cengengesan dan memeluk pundak Jui.

‘AAARRGH!’ Jui meremas kedua sisi rambut di kepalanya karena dia bingung apa yang harus dia lakukan.

~~~~2~~~~

Keesokan hari-nya,Miyavi malah jadi menyesali kepergiannya kemarin.Dia merasa sudah menjebloskan Jui ke dalam lobang singa.

Tapi Jui sendiri terpaksa mencoba bicara sama Emiru.Itu’pun Jui lakukan dibelakang istri-nya dan juga Rame.Tempat favorit Emiru adalah kebun bunga.Jui menggenggam tangan Emiru dan mengajaknya kesana.Emiru senang sekali.

‘Apa yang bikin kamu tertarik sama aku ?’

Emiru menunduk saja dan menggelengkan kepalanya.Dia emang selalu begitu jarang berbicara dan hanya memakai bahasa tubuh-nya.

‘hhh…….Bagaimana aku jelasin ini semua sama istriku dan juga Rame??Aku bingung harus melakukan apa denganmu……Tapi aku senang dengan perasaanmu itu…..’

Kata Jui sambil menatap Emiru.Emiru menempelkan jari telunjuknya di bibir Jui dan menggelengkan kepalanya.dan itu berarti dia ingin Jui tidak mengatakan hal ini pada mereka.Emiru memegang tangan Jui dan mengelusnya dengan pipinya.Dia berkata

‘cukup sayangi aku...’

Jui tersenyum melihat tingkah Emiru yang lucu seperti itu.Dia jadi gak tega menolak Emiru.

Miyavi yang gak enak rasa sama Jui mulai memata-matai mereka.Tapi begitu melihat Jui dan Emiru begitu asyik,Dia sedikit lega dan menghela nafasnya.

Jui duduk di pembatas rerumputan yang penuh bunga warna-warni.Dia menopangkan siku di lututnya dan menatap Emiru yang lagi memetik bunga.Jui terus berpikir bagaimana caranya untuk berterus terang dan tidak menyakitinya.Jui sendiri gak nyangka kalau Emiru menyukai dirinya.Ini benar-benar diluar dugaan Jui.Karena Jui tidak begitu dekat dengannya.

Emiru menghampirinya dan memberikan bunga padanya.awalnya Jui hanya tersenyum dia berpikir ada-ada saja ni cowok dan tidak mengambil bunga itu.Tapi Emiru menarik tangan Jui dan meletakan bunga itu di tangannya.Jui tersenyum.

‘Ini untukku?’

Emiru mengangguk dan meletakan tangannya yang memegang bunga pemberian Emiru ke dada Jui.

‘arigatoo.’ Bisik Jui ditelinga Emiru.

Wajah Emiru memerah dan dia berlari pergi karena malu sama Jui.Melihat Emiru begitu Jui hanya tertawa.

Tiba-tiba Miyavi merangkulnya dari belakang.Jui agak terkejut.

‘Laki-laki apaan dia sampai bisa semanis itu?Apa kamu juga merasa begitu Jui?’

‘hh…Entahlah melihat dia seperti itu aku jadi tidak tega…Mungkin untuk beberapa minggu ini aku akan terus bersamanya dan kalau ada saat yang tepat datang,Aku akan berterus terang…..’ Jawab Jui.

Miyavi hanya terdiam mendengar perkataan Jui itu.Dia malah jadi semakin merasa bersalah.Saat Miyavi mau membuka mulutnya untuk meminta maaf,

‘Aku akan mencoba apa’pun bersamanya..Kamu tenang saja aku pasti bisa mengatasinya….Miyavi…Aku tau kamu baik sama semua orang…Aku akan melakukan ini untukmu juga….’

Tiba-tiba saja Jui mengatakan itu.Miyavi agak terkejut mendengar Jui seperti itu ,tapi seperti biasa Miyavi mencairkan suasana yang cukup seriusan itu dengan candaan-nya.

~~~~3~~~~

3 minggu berlalu hubungan Jui dan Emiru semakin harmonis tidak peduli Emiru adalah seorang laki-laki atau bukan tapi tingkah laku Emiru yang Cute seperti itu membuat hati Jui luluh.Dan dia menyadari kalau dia mulai mencintai Emiru.

Tapi hari ini Jui diam saja.Langit sudah mulai gelap tapi dia tetap tidak berkata apa’pun pada Emiru.Ternyata Jui bosan karena setiap hari Emiru hanya ingin berada di taman bunga itu.

Emiru menatapnya dengan penuh perasaan bingung.Dia mau bertanya tapi dia malu.Jui menoleh kepadanya.Jui menatap dalam-dalam mata Emiru.

‘Kamu itu sudah lebih cantik daripada bunga-bunga yang ada disana…..’

Jui memulai aksinya dia membelai wajah Emiru dan memainkan rambut ikalnya.

‘Oshiette….apa ada kenangan manis tentang kamu di kebun ini?’

Emiru hanya diam saja.

‘Tidak ada ya?’

Emiru hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.Sebenarnya dia punya rahasia kecil tentang kenangan manisnya di kebun bunga itu.Tapi dia tidak mau mengatakannya karena dia terlalu malu untuk mengatakannya pada Jui.Tapi Emiru tersenyum manis padanya.Entah kenapa malam ini Emiru berbeda seperti waktu dulu dimata Jui dia semakin cantik dan Jui tidak puas kalau hanya bertanya-tanya saja padanya karena sekali’pun Emiru tidak pernah bertanya atau berbicara padanya apalagi menggoda/merayu-nya.Jui mulai jenuh dengan semua ini.Dan dia mencoba hal yang baru dalam pengalaman pertamanya itu serius dengan seorang laki-laki.

Dia mulai mendekap tubuh Emiru dan menghirup aroma tubuh Emiru dileher –nya.Saat itu Emiru benar-benar malu dan tidak tau harus melakukan apa.Dia hanya diam dan sedikit mendorong tubuh Jui.

Tapi Jui malah semakin mengeratkan pelukannya itu.Jui mulai merasa nyaman untuk memeluk seorang laki-laki seperti Emiru.Dalam keheningan malam seperti itu Jui semakin mengingini Emiru.Dia ingin Emiru bisa seperti yang dia mau.Jui ingin Emiru bertanya padanya.Dia ingin Emiru bisa tau cara membuat dirinya senang dan merasa puas.

‘Aku tidak akan bertanya padamu….tapi aku akan meninggalkan kenangan manis untukmu disini…’

Bisik Jui pada Emiru.Semakin dalam Jui merasakan tubuh Emiru dan dia tidak tahan untuk mendapatkan bibir Emiru.Dia menatap mesra Emiru dan dengan sangat pelan-pelan dia menyentuh bibir Emiru dengan hangat bibirnya.Saat itu Emiru hanya bisa mengikuti gerakan bibir dan lidah Jui.Semakin lama Jui semakin merasa panas.Dia mulai meraba Emiru.Emiru yang biasanya selalu malu-malu,sekarang malah mendesah dan mulai menyentuh tubuh Jui dengan lembut.

Jui menggigit pelan leher Emiru dan menjilatinya.Sayangnya saat itu Emiru mulai merasa tidak nyaman dan agak menolak perlakuan Jui.Tapi Jui malah semakin memaksanya. Dia menempatkan kedua kakinya diantara pinggang Emiru yang saat itu bersandar dibawah tiang lampu kebun bunga.Dan dia menjilati bibir Emiru dengan sangat luwes karena posisinya lebih enak sekarang.^^Emiru’pun membalas belaian lidah Jui dengan bibir manisnya.

Jui kembali menatapnya dan memohon 1 hal pada Emiru.

‘Katakan padaku apa yang kamu rasakan?Apa itu sudah cukup manis untukmu?Oshiettekure ~’

Setelah agak lama terdiam,Emiru memberanikan diri tuk mengatakannya.

‘Ditempat ini….aku selalu menunggu Jui pulang latihan……….Tidak peduli berapa lama kamu bermain dengan teman-temanmu….aku selalu disini menunggumu…..Saat kamu lewat dan tersenyum padaku itu adalah hal termanis dalam hidupku….Tidak seperti mereka yang hanya bisa memandang rendah aku karena aku seperti ini……..Aku senang…..’

Jui sangat senang mendengar suara Emiru pada saat itu.Dia bisa merasakan betapa tulusnya perasaan Emiru kepadanya.

Padahal saat itu Miyavi menonton dibalik layar .

~~~~4~~~~

Malam semakin larut.Saat Jui mau pulang,dia ditahan Miyavi untuk bicara dengannya.

‘Apa kamu sudah lupa dengan perjanjian kita waktu itu ya?’ Tanya Miyavi sinis.

Jui menoleh padanya ‘Apa aku harus membayar semahal itu hanya karena kamu mau membantuku?’

‘Apa’pun yang ada didunia ini tidak ada yang gratis………’

Jawab Miyavi.

Ternyata dibalik hal ini semua mereka sudah buat perjanjian.Saat Jui bersama Emiru sampai malam seperti ini,dia meminta Miyavi untuk menemani istri dan kedua anaknya dirumah.Karena Miyavi adalah seseorang yang bisa menenangkan hati orang dengan semua gurauan-nya.Kebetulan istri Jui menyukai Miyavi sebagai teman ngobrol karena dia baik dan apa ada-nya.

Perjanjian itu adalah..

‘Baiklah ayo lakukan!’

Tantang Jui dan mengajaknya ke hotel.

Miyavi mengikutinya dengan wajah cengengesan seperti biasanya.

Mereka’pun memasuki kamar hotel itu.Jui melepas jacketnya dan meletakannya di atas sova.Miyavi berjalan kearahnya sambil menggoda-nya.dia membelai wajah Jui sambil mencium bibir-nya dengan sangat hebat.Miyavi sangat mengerti apa yang dia lakukan ini.Mereka mulai membuka baju dan saling menjilati tubuh lawan mainnya itu.

Rasanya begitu nikmat hingga Jui kelelahan dan berbaring di ranjang hotel itu.

“nghh…..hh….aku menyerah~aku lelah~’

Tiba-tiba Jui mengatakan hal itu sambil menolak dekapan hangat Miyavi.

‘menyerah??...hh,ok~aku juga lelah~’

Goda Miyavi sambil menjilati samping wajah Jui yang bercucuran keringat.dan dia turun dari atas tubuh Jui.dia memakai kembali baju dan( hehe..^^)celana-nya~Setelah itu dia pergi.

‘Aku mau pulang saja ah! Bosan berada disini terus….kamu mau pulang juga tidak?’

Tanya Miyavi tanpa merasa bersalah / menyesal karena sudah melakukan *itu dengan Jui.

Jui yang berbaring di tempat tidur tidak mau berdiri atau’pun duduk dia sangat lelah hingga ketiduran.

‘Tidak..aku mau disini saja..’

& Miyavi'pun pulang dengan cueknya sambil bicara seperti ini sebelum pulang

'Aku akan menjaga dan mengalihkan pikiran istrimu itu.....tenang saja..dia ada dalam kendaliku..ok!'

Jui terdiam beberapa saat setelah Miyavi pergi.

Jui turun dari ranjangnya dan membasuh wajahnya di washtaofel.Dia berkaca saat itu dan yang dia lihat adalah..

'LELAKI MURAHAN BRENGSEK!' bentaknya sambil keluar dia memukul pintu kamar mandi itu dengan sangat keras.

Jui benar-benar kesal karena dia harus 'menjual tubuh-nya' pada Miyavi karena Miyavi tau segalanya & yang saat ini dia inginkan hanyalah Emiru.............

bersambung.......................

How the Gay Have Sex

XxXxXxX

Malam ini malam bulan sabit. Namun bulan sabit ini aneh, karena bagian yang bersinar kekuningan dari bulan tersebut berada di bagian bawah, sehingga bulan tersebut kelihatan seperti tersenyum. Tapi keadaan bulan sekarang sama sekali tak ada hubungannya dengan dua orang lelaki yang sedang memadu kasih di atas ranjang di dalam kamar salah satu rumah yang terkena cahaya bulan tersebut.

"Mhh..."

Dua orang itu mendesah dalam ciuman mereka yang panas, melumat bibir satu sama lain. Dua lidah bertarung, menunjukkan siapa yang lebih dominan malam ini. Seorang yang berambut pirang lebih berkuasa. Dia menjilat bibir lelaki di bawahnya, lalu pindah ke telinga sebelah kirinya.

"Sasuke..." bisiknya. "Rambutmu wangi."

Dia mulai turun, menciumi dan menjilat leher Sasuke. Dia mengigit lembut di tempat dimana dulunya segel gaib milik Sasuke masih ada. "Naruto..." desahnya. Merasa senang namanya terucap dari kedua bibir tipis Sasuke, Naruto meletakkan kepalanya di dada bidang Sasuke. Tangan kanannya bermain-main dengan puting kiri Sasuke, sementara tangan kirinya turun perlahan ke arah selangkangan pria di bawahnya.

"Naru--Uhh..." Desahan Sasuke makin keras seiring dengan tangan Naruto yang mulai meremas penis Sasuke. Napasnya semakin cepat. Darahnya seakan turun ke penisnya dan membuatnya semakin keras. Tapi hal yang tiddak diinginkan Sasuke terjadi. Naruto tiba-tiba berhenti dan bangun dari tubuhnya. Wajahnya terlihat serius.

"Dobe, kenapa berhenti...?" tanya Sasuke sambil mengatur napasnya.

"Ngg, hanya berpikir." kata Naruto sambil mengubah posisinya menjadi duduk di antara kedua kaki Sasuke. Sasuke ikut mengubah posisinya menjadi setengah duduk. "Berpikir tentang apa?" tanyanya.

"Teme..."

"Hn."

"Pernahkah kau berpikir... Kalau kita ini... Belum melakukan sesuatu... Yang lebih dari ini?" Naruto menggaruk bagian belakang kepalanya. Sasuke menaikkan sebelah alisnya, bingung.

"Apa maksudmu?"

"Ya, itu lho, Err... Semacam... Apa ya?"

"Melakukan selayaknya seperti seorang pria dan wanita dalam seks?"

"Nah, itu dia!"

"Kau tau itu dari mana?"

"Dari buku."

"Buku?"

"Iya, judulnya 'How the Gay Have Sex'. Aku baca di perpustakaan kemarin."

Spontan tawa Sasuke meledak. Naruto kaget karena baru sekali ini dia melihat Sasuke tertawa terbahak-bahak seperti itu. "Teme, apanya yang lucu?!" Naruto merasa tersinggung karena tawa Sasuke tak kunjung berhenti. Sasuke memegangi perutnya, berusaha menahan tawanya. "Tidak, hanya saja... Sejak kapan kau jadi suka ke perpustakaan dan membaca? Buku seperti itu pula." kata Sasuke sambil terkekeh.

Naruto jadi manyun. "Hei, itu karena Tsunade-Baachan menyuruhku untuk mengambilkan sebuah buku tentang pengobatan alat kelamin yang tebalnya hanya 100 halaman di sana! Dan aku menemukan buku tentang gay itu menutupi buku yang aku cari!" kata Naruto. Tapi tepatnya sih... Membentak.

Dibentak seperti itu Sasuke langsung berhenti tertawa. Daripada kena hujan buatan yang keluar dari mulut kepala durian itu?

"Ya, ya. Terserah kau sajalah. Lalu apa yang tertulis di buku itu?" tanya Sasuke. Wajah Naruto sedikit memerah.

"Uh, katanya sih sebelum memasukkan penis ke dalam rektum, yang dimasuki harus mempersiapkan mental dan fisik terlebih dahulu."

"Mental sih bisa dimengerti. Tapi apa maksudnya dengan fisik?"

"Nah, berhubung rektum itu tidak seelastis vagina wanita..." Naruto memandang Sasuke lekat-lekat. "Jadi harus dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan kata lain... Dibuat lebih melar?" Naruto memegang dagunya, mencoba mengingat-ingat apa yang dibacanya kemarin.

"Hah?" Sasuke terkesiap. "Pakai apa?"

"Uhh... Paling tidak sih, jari." jawab Naruto ragu.

Sasuke membayangkan bagaimana jari-jari Naruto masuk ke dalam anusnya. Dia sedikit bergidik. "Ayolah, kau tak serius, kan?"

"... Duarius deh." jawab Naruto. Dia menunduk ke bawah kasur, mencari-cari sesuatu. "Ini dia!" Mata Sasuke terbelalak melihat apa yang dipegang Naruto.

"Dobe, baby oil itu... Buat apa...?"

Naruto terkekeh. "Buat membasahi jari agar saat masuk anus tidak terasa sakit. Sebenarnya di buku itu tertulis barang-barang lain. Tapi berhubung baby oil ini wangi, jadi aku pilih ini saja!"

Sasuke menarik napas panjang, lalu menyenderkan kepalanya ke dinding dibelakangnya. 'Dasar gila...' pikirnya.

"Ayolah, temeeeeee. Jangan menganggapku gila karena ini." kata Naruto dengan suara yang dibuat-buat seperti anak kecil. Sasuke kaget. 'Dia baca pikiranku?!' Dia memandang Naruto yang sepertinya sudah sangat bernafsu untuk melakukannya. Dia menghela napas.

"Lalu apa maumu?" tanyanya. Sulit dipercaya dia masih bisa bertanya seperti itu dengan nada yang tetap datar. Yah, bukan Uchiha namanya kalau terlihat tidak tenang.

"Aku mau mencobanya, Sasuke."

"..."

"Ayolah! Pasti kau akan merasa nyaman dan enak!"

"Apa jaminannya?"

"Di buku tertulis seperti itu!"

Hening sesaat.

"Ya?"

Sasuke diam. Dia melototi Naruto.

"Yayayayayayaya??"

Sasuke akhirnya lumer juga setelah Naruto melakukan Puppy Eyes no Jutsunya. Mata birunya yang seindah lautan berkilauan... Gah, bahkan seorang Sasuke tak dapat menahannya. Sungguh sebuah doujutsu yang sangat kuat. Salahnya sendiri melototi Naruto yang berujung pada dirinya yang terkena doujutsu ampuhnya Naruto yang akhirnya membuatnya mengangguk kecil, mengiyakan permintaan Dobenya itu.

"YAY! Teme baik!"

Naruto kembali merogoh ke bawah ranjang. Dia kembali memandang Sasuke, lalu senyum selebar duabelas jari -emangnya usus?- dengan seutas tali ditangannya.

"Dobe, apa yang kau--HEI!!"

Telat. Naruto sudah mengikat kedua tangan Sasuke diatas kepalanya.

"Supaya kau tidak berontak lalu lari." kata Naruto sambil meringis. Dia mengambil botol baby oil di pojokan kasur dan menuangkan isinya beberapa mililiter ke tangannya, lalu diusapkannya ke jari-jarinya.

"Bagus. Seandainya tanganku tidak terikat sudah kuhajar kau, Dobe." Sasuke memberontak saat jari Naruto menyentuh pinggulnya.

"Teme! Bisa diem ga sih?!" Naruto menahan pinggul Sasuke yang terus berontak. Naruto menelan ludahnya saat jari telunjuknya mulai masuk ke dalam anus Sasuke. Sasuke meringis kesakitan.

"Ugh... Sakit..."

"Tenang Sasuke. Awalnya memang sakit, tapi nanti akan terasa nyaman dan enak. Itu yang tertulis di buku." kata Naruto sambil memasukan jarinya lebih dalam. Dia membuat gerakan zig-zag agar lubang Sasuke menjadi sedikit lebih besar. Tangan Sasuke menggenggam erat tali yang mengikatnya. Napasnya memburu, menahan sakit di bagian bawah tubuhnya itu.

Naruto menarik napas panjang sebelum memasukkan jari tengahnya ke dalam anus cowok berambut hitam itu. Sasuke berteriak kesakitan.

"Dobe...! Henti--AH!"

Sakit yang dirasakan Sasuke makin menjadi-jadi ketika kedua jari Naruto mulai keluar masuk dengan perlahan. Dia tau HANYA dua jari yang di dalam sana, tapi kenapa dia merasa ada benda yang SANGAT besar di dalam sana? Bahkan rasanya benda itu mau merobek rektum dan anusnya.

"Naruto... Berhenti..." Napasnya semakin cepat. 'Kalau begini apanya yang nyaman dan enak?' pikirnya sambil melirik Naruto yang menjilat bibir atasnya. Sasuke sudah tak kuat lagi menahan rasa sakitnya.

"NARUTO!!" Sasuke berteriak. Naruto kaget karena lutut kanan Sasuke dengan sukses menghantam pipi kirinya dan membuatnya terjungkal dari atas ranjang menuju lantai dengan posisi kepala jatuh lebih dahulu. Pasti sakit, karena Sasuke menendangnya sekuat tenaga. Karena Naruto jatuh, otomatis kedua jarinya yang berada di dalam rektum Sasuke jadi keluar.

"Teme!! Apa-apaan kamu?! Sakit nih!" keluh Naruto sambil meraba kepalanya. Sepertinya ada benjolan. Belum lagi rasa panas di pipi kirinya. Sepertinya di pipinya ada warna merah berbentuk bulat akibat tendangan Sasuke.

"LEBIH SAKIT MANA, KAMU ATAU AKU, HAH?!" bentak Sasuke. "Lagipula sejak kapan kata 'henti' berubah definisi menjadi 'lebih dalam, lebih kuat, lebih cepat'?!"

Naruto bergeming. Dia membuka mulutnya untuk berbicara. "Tapi di buku itu--"

"PERSETAN DENGAN BUKU!" teriak Sasuke. Naruto bergeming lagi, menunduk, menyesali perbuatannya karena sudah menyakiti Sasuke.

Hening.

Hening.

Hening.

Mengheningkan cipta, mulai!

-siiing-

Lama juga mereka diam seperti ini. Sasuke menghela napasnya, memecah keheningan.

"Daripada kau hanya duduk di lantai begitu, lebih baik kau naik ke sini dan lepaskan tali yang mengikatku ini."

Naruto mendongak, baru sadar kalau Sasuke masih dalam keadaan terikat. Dia buru-buru naik dan memotong tali itu dengan kunai yang ada di bawah ranjang. Setelah lepas, Sasuke mengusap-usap pergelangan tangannya. Rupanya ikatan yang dibuat Naruto cukup kuat sampai membuat bekas di tangan Sasuke.

"Maaf..." kata Naruto. "Aku tidak bermaksud menyakitimu."

Sasuke menghela napas panjang. Dia pindah ke sebelah kanan Naruto, lalu menarik selimutnya untuk menutupi bagian bawahnya. Kemudian dia membenarkan posisi tidurnya. "Sudahlah. Lebih baik kita tidur."

Naruto terkesiap. "Apa, tidur katamu? tapi aku masih--"

"Aku juga dobe."

Hening lagi. Naruto menggaruk pelan pipi kirinya yang sakit.

"Sasuke..."

"Hn."

"Bagaimana kalau kau mem-blowjob-ku saja?"

Dan akhirnya Naruto yang kembali terjungkal dari atas ranjang ke lantai dengan posisi tak elit. Sebagai tambahan, di pipi kanannya ada cap tangan Sasuke yang berwarna merah, menemani pipi kirinya yang juga merah akibat tendangan Sasuke.

XxXxXxX

Yonchan: -membenarkan posisi kacamata dengan jari tengah-

Sasuke: -sweatdropped- Kirain ga ada klimaks cerita yang artinya ni cerita bakal datar-datar aja, ternyata... Ga ada YANG klimaks.

Yonchan: Makanya gw tulis ambigu.

Naruto: Sasu-chan!! Kau kejam! Kenapa kau tampar aku??

Sasuke: Suka-suka aku! Lagipula kau dengan seenaknya membuat orang kesakitan, bahkan nyaris membuat pantatku robek!

Naruto: Tapi aku tak bermaksud--

Sasuke: CEREWET!

Yonchan: -sweatdropped- Baiklah, sementara mereka bertengkar, gw pesen kepada para pembaca. REVIEW YA! Dengan ada review, gw bisa tau, ni fic kelebihan dan kekurangannya ada di mana, bagus atau nggaknya, terserahlah! Yang penting tulis komentar anda tentang fic ini dalam bentuk review! Yayayayayayayaya??

Sasuke: Yup, reviewnya ditunggu! Klo bisa minta supaya aku bisa merobek mulut dobe satu ini!

Naruto: Sasu-chan kejam! Hidoi! Huweeeeee!!

Yonchan: Ja ne! -ngabur sebelum kena dampak dari Sasuke yang udah ngeluarin Chidori-